Al-Qur'an

Al-Qur'an
Picture by Siti Fatonah

Sabtu, 16 November 2013

SEPOTONG SENJA UNTUK MU

MUNGKINKAH SUATU SAAT NANTI KETAKUTNKU INI BENAR TERJADI
    “Lintang dan langit ! Itulah nama anak anak kita” ucapku semangat, dibalut senyum yang mengembang disudut bibirmu.
    .
Sudah beberapa bulan sejak peristiwa tu. Namun ingatanku masih begitu kuat tentangmu. Masih tersulut tawa renyahmu, masih kuingat caramu mengungkapkan rasa, dan masih beritu lekat suaramu menggelitik gendang telingaku. Dulu aku dan kamu sempat menjadi kita, kita yang saling menyatukan rasa. Sosokmu yang penuh tanya memaksaku untuk terus mencari jawabnya. Inikah yang disebut cinta? Selalubutuh tanya dan jawaban.

Jarak antara indonesia dan korea memang masih setia membusungkan dada, menyombongkan dari atas prestasi  yang ia tekuni. Memisahkan dua orang yang saling mencintai, menjauhkan dua insan yang masih saling berbagi rindu. Jarak memang tak selal mampu kita tembusi. Sehingga kita berkencan dengan waktu, dan orang orang menatapnya penuh tanya. Aku dan kamu menelan rindu yang diam-diam. Kita juga tak bisa berbuat apa-apa, ketika jarak memang mempunyai hak untuk menjauhkan.

Semua mengalir begitu indah, hingga pada sewaktu-waktu kamu mengatakan hal yang mencengangkan, “kenapa kamu tak pernah berbincang dengan ibuku?. Ibu bilang kalo kamu anggep. Ibuku tak menyukai orang wanita anggep

“lalu bagaimana denganku? Bagaimana dengan kita?” tanyaku cemas.

“tapi, aku menyukaimu.” Jawabmu singkat, aku tertegun. “ibu baik kik, yang berhak memilih kan aku.”

Beberapa menit kemudian, kita berseru, percakapan yang mngalir lewat mata berkaca, kala pertama aku mendengar suara tangismu, begitu lembut, begitu tulus. Aku masih ingat usaha kerasmu untuk menguatkan langkah kita, agar tak ada yang meras terakiti ditengah janlan. Seandainya tak ada jarak, mungkit kita bisa saling menuakan. Tapi, apalah daya yang kaupunya dan kupunya? Kita hanyalah dua manusia angkuh yang nekat melawan arus perbedaan. Aku dan kamu hanya ditaqdirkan untuk berkenalan bukan untuk menjadi pasangan kekasih Tuhan.

Rinduku dan  rindumu tak saling menyapa. Aku dan kamu tak mungkin bisa seperti dulu, semua berbeda, semua berubah. Aku dan kamu  tak mungkin lgi menjadi kita, karena disana mungkin ku telan bersama pilihanm, dan disini pilihanku.

Ku tau kau begitu mencinta senja dan kilau lembutnya. Kutau ku sempat memimppikan bisa melihat senja bersama denganku, bersama dengan anak anak kita. Tak sempat kulihat wajah lintang dan langit karena perpisahan tergesa-gesa menjalankan tugasnya,untuk membuat aku dan kamu seakan-akan tak pernah saling mengenal.

Maaf, aku tak mampu memberi keindahan dalam hidupmu. Maaf, karena aku tak bisa menggambarkan senja di bola matamu. Maaf, karena kubiarkan kamu memasuki hidupku. Jadi, takkan pernah ada kita dalam dongeng sebelum tidur ataupun dalam sejarah yang tak dibukukan

Biarkan saja angin bersenandung sendiri
Biarkan saja wajahmu menggantung dalam sunyi
Biarkan saja tawa renyahmu menghantui hari
Itulah tanda
Bahwa aku membiarkan diriku
Untuk tetap merindukanmu
Hingga sekarang,
Masih ada doa yang mengaliri malam-malammu
Masih ada doa yang menghakimi kebahagiaanmu
Masih terucap lirih doaku,
untuk menuntunmu pulang
ke sini. . .
pulanglah. . .
aku merindukanmu

... hari apa entah nanti
Ponselku dan ponselmu jadi saksi, dua hati menjadi satu, melebur dala perbedaan. Kamu pria yang sempat menjadi senja dan malamku, pria yang menjadi teman begadangku, si mata sipit yang pernah menjelma menjadi tangis dan tawaku


Tidak ada komentar:

Posting Komentar